MENU Senin, 25 Nov 2024

Dugderan di Semarang Kembali Digelar Setelah Absen Dari Pandemi

waktu baca 2 menit
Selasa, 21 Mar 2023 15:59 0 103 Editor

SEMARANG, SuaraRakyatJateng –

Selama pandemi Covid-19 perayaan menyambut ramadan di Semarang absen. Setelah tiga tahun tidak pawai dugderan itu, kini dimeriahkan lagi.

Meski secara prosesi kirab Dugderan yang digelar di kawasan Masjid Agung Semarang sesuai riwayat aslinya, tetapi ada yang berbeda saat perayaan kirab yang dilaksanakan pada Selasa (21/3/2023).

Wali Kota Semarang kali ini adalah perempuan dan berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat untuk membacakan Suhuf Halaqoh.

Berhubung wali kotanya perempuan, kemudian Hevearita Gunaryanti Rahayu mendapatkan gelar sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum.

Perempuan yang akrab disapa Ita tersebut juga mengucapkan syukur dirinya bisa memimpin Dugderan sekaligus menandai memasuki bulan Ramadhan.

“Alhamdulillah saya ucapkan syukur pada dugderan kali ini. Sekaligus menandai dimulainya bulan ramadhan,” kata Ita.

Kali ini, Ita merasa bangga lantaran prosesi Dugderan sesuai riwayat aslinya seperti halnya menerima dan membaca halaqah hingga menabuh bedug.

Setelah prosesi tersebut dilakukan, ia selanjutnya membagikan roti ganjel rel yang dimana makanan khas saat perayaan Dugderan Semarang.

“Ini juga merupakan kebanggaan yang luar biasa karena acara ini dikembalikan pada masa yang dulu yaitu kita menerima halaqah di Masjid Agung Semarang lalu membacanya serta memukul bedug dan membagi roti ganjel rel di Alun-alun,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Suhuf Halaqoh merupakan lembaran yang sudah turun-temurun dimiliki oleh Masjid Agung Semarang berupa pengumuman masuknya bulan ramadhan.

Ita bersama suami Alwin Basri yang juga anggota DPRD Jawa Tengah, dan jajaran kepala dinas beserta muspida diarak menggunakan kereta kuda kencana dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Semarang.

Baca Juga  Kadivpas Tinjau Kelayakan Lapas Pati

Sesampainya di Masjid Agung Semarang, Ita menerima Suhuf Halaqah yakni keputusan para ulama mengenai awal puasa. Setelah diterima, orang nomor satu di Ibu Kota Jawa Tengah membacakan Suhuf Halaqah di Alun-alun Pasar Johar.

Selesai membaca, Ita selanjutnya memukul bedug dan membagi roti ganjel rel.

“Tentu kita juga bagaimana mengembalikan ini kita mengundang berbagai ras, suku yang ada di Semarang lama. Tadi ada yang mewakili dari Pecinan, Arab, Melayu kemudian dari Jawa yang tentu menggambarkan akulturasi budaya yang dulu dugderan berlangsung. Jadi ada bedug dan petasan,” ujar Ita.

Terakhir, ia berharap ke depan, tradisi dugderan ini bisa terus dilestarikan dan jadi satu ikon Kota Semarang.

“Moga-moga ke depannya bisa lebih baik lagi dan mungkin bisa jadi satu tradisi yang nantinya akan berkelanjutan dengan kegiatan-kegiatan di Semarang lama,” tuturnya. (ki/fan)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA