PATI, SuaraRakyatJateng – Sanggar Pandu milik Evi Septimardiati ciptakan produk budaya bernama Topeng Mina Tani. Topeng tersebut terbuat dari perpaduan ciri khas Kabupaten Pati. Yaitu kuningan dan Mina Tani. Bahkan, topeng tersebut telah dipertontonkan hingga Internasional.
Topeng yang terbuat dari kuningan tersebut digunakan anak-anak didikan sanggar milik wanita yang kerap disapa Evi. Mereka memperagakan hasil karya tarian buatan sendiri dengan topeng.
“Cara menggunakan topengnya digigit. Cara memakai topengnya mengacu pada Solo. Kalau Yogyakarta kan dicantelke,” paparnya.
Evi memperlihatkan hasil budaya itu. Terasa berat topengnya. Bahannya pun kuningan kan, bukan kayu. Tak bisa dibayangkan bila anak-anak SD memainkannya.
“Penari sudah terbiasa memakai topeng saya. Awalnya mereka dilatih teknik dasar menari, kemudian topengnya,” imbuhnya.
Kecenderungan penari melirik penonton menjadi kendala. Para penari melihat penonton dari sela-sela topeng bagian bawah. Sehingga kesannya ndangak (mengangkat kepala).
“Hal yang sulit malah penari cenderung melihat penonton. Jadi kesannya ndangak. Seharusnya tak seperti itu,” tegasnya.
Topeng ini biasanya diiringi tarian topeng yang Evi kembangkan sendiri. Setidaknya ada 17-an gerakan tari. Buatnya tak sampai berbulan-bulan. Cuman tiga pekan saja.
Topeng ini tak seperti kebanyakan di daerah lain. Tak terbuat dari bahan kayu seperti topeng di Yogakarta dan Solo.
“Materialnya dari kuningan. Mau menunjukkan di Pati punya produk kuningan terbaik. Piala indonesia pun dibuat dari kuningan Pati,” ujar wanita lulusan S2 ISI Solo ini.
Selain itu, beberapa ciri khas Pati juga menempel pada topeng. Ya. Ada ukiran ikan, laut, dan padi. Itu Mina Tani.
Seperti halnya Pati Kota Mina Tani. Produk unggulannya hasil tanam padi dan hasil laut.
“Mina itu perikanan. Tani itu melambangkam pertanian. Dibungkus kedalam ukiran topeng. Menunjukkan inilah Topeng Mina Tani,” jelas Wanita asal Pemalang itu.
Biaya pembuatan topeng ini terbilang cukup merogoh gocek. Tiap topeng harganya Rp 1,5 jutaan.
“Saya punya topeng sebanyak 12. Yang lima dibelikan gratis oleh salah satu pengrajin kuningan. Sisanya bayar sendiri,” jelas wanita usia 30 tahunan ini.
Selain itu, topeng ini sudah berhak cipta. Lanjut wanita berdomisili Kecamatan Gabus ini, pengajuannya 2020 lalu. Kemudian dari Kemenkumham surat hak ciptanya baru keliar 2021.
“Jadi sudah ber-hak cipta. Hasil budaya topeng ini tak bisa ditiru. Ciri khas Pati-nya tak bisa dijiplak,” tegasnya dengan bangga.
Bisa dapat ide membuat topeng ini, kata dia, saat 2017 Sanggar Pandu ketiban sampur untuk membuat tari openning.
Saat itu Pati touris ekspo. Sanggar Pandu mendapatkan jaah tari tema kuningan. Akhirnya ada ide bikin topeng ini. Memasukkan unsur mina tani.
“Dapat idenya nggak nentu. Kadang lihat anak sedang main. Dia lompat-lompat. Kadang pas mandi terlintas ide gerakan. Jadi mandi sambil nari,” jelasnya.
Tak berhenti disitu, topengnya ini mewakili nama Pati saat Solo Internasional Mask Festival (IMF) pada 2018 lalu.
“Acara itu secara virtual. Banyak negara yang ikut. Di antaranya, Meksiko, Jepang, Thailand. Dua kali ikut ini. Dapat piagam keterlibatkan mengisi festival. Semua diapresiasi. Karena punya produk tari. Tari Topeng Mina Tani,” tandasnya. (fi/fan)
Tidak ada komentar