PATI, SuaraRakyatJateng – Daerah aliran sungai (DAS) Juwana terus mengalami pendangkalan. Dulu kedalaman sungai mencapai 10 meter. Saat ini hanya 3 meteran saja.
Berdasarkan data Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai-Hutan Lindung (BPDAS-HL) Pemali Jratun Juwana, dari analisis parsial erosi yang terjadi di DAS Juwana ini 7 ton per hektare setahun.
Untuk sedimentasi besarannya 0,6 per ha selama setahun. Dengan dominasi wilayah sawah 47 persen dan hutan 12 persen.
Kemudian, luas DAS Juwana 137.374,15 hektare. Panjang sungainya 35,78 kilometer. Satuan aliran air yang masuk ke DAS Juwana ini ada tujuh sub DAS.
Sementara luasan kelelerangan sejumlah 3.566,35 hektare. Dari angka tersebut, 0 sampai 8 persennya justru datar. Sehingga semua air langsung masuk ke DAS Juwana.
”Saat ada hujan di hulu DAS, langsung terjun. Karena dari curam langsung ke landai. Sehingga air yang turun dari hulu langsung menjadi limpasan. Kemudian tanahnya Aluvial atau tanah yang dihasilkan sedimentasi,” kata Plt Kasi Progam BPDAS Pemali Jratun Juwana Akhmad Sudarno.
Kemudian, hujan lebat yang melanda Kabupaten Pati belakangan ini membuat DAS Juwana meluap. Akibatnya desa-desa yang berdekatan dengan aliran sungai kebanjiran.
Pemantauan DAS Juwana ini sudah lama diamati oleh aktifis lingkungan di Pati. Pemali Sungai Juwana ini sejak lama mengalami perubahan fisik. Baik lebar maupun kedalaman.
Salah satu Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan) Ari Subekti mengaku telah menghimpun data DAS Juwana dari sesepuh-sesepuh desa yang berdekatan dengan aliran sungai. Ditambah dengan hasil ekspedisinya, kedalaman sungai tempo dulu sedalam 10-15 m. Lebarnya pun hingga 100 m.
”Saya bersama tim melakukan ekspedisi hulu ke hilir Sungai Juwana. Selain itu, mencari data dari tokoh masyarkat atau sesepuh. Saat ini DAS Juwana mengalami perubahan fisik. Kedalamannya tinggal 50-60 m. Kedalamannya dalam kondisi normal (tak banjir, tak musim kemarau) tak sampai 3 m,” bebernya.
Tak hanya itu, kecepatan pendangkalan sungai pun juga cepat. Lanjut dia, hal itu terjadi bila dilihat ketika musim hujan.
”Musim hujan ini bisa dilihat kecepatan pendangkalannya. Ketika air mengalir yang masuk itu lumpur. Kemudian terhambat oleh banyaknya sampah. Sehingga menjadi pendangkalan,” paparnya. (wis/fan)
Tidak ada komentar