MENU Senin, 25 Nov 2024

Cak Nun Hadir di Pati, Begini Pesannya

waktu baca 3 menit
Selasa, 28 Feb 2023 10:06 0 99 Editor

PATI, SuaraRakyatJateng – Mubalig kondang Emha Ainun Najib atau yang dikenal Cak Nun jadi salah satu pembicara Suluk Maleman edisi ke 134, Minggu (26/2/2023) malam.

Di kesempatan itu, Cak Nun mengajak hadirin bertawasul atau mendekatkan diri kepada Allah.

Ratusan orang memadati Rumah Adab Indonesia Mulia. Tempat digelarnya acara tersebut.

Sementara ribuan lainnya menyaksikannya lewat kanal media sosial Youtube Suluk Maleman dan Cak Nun.

Mereka larut dalam selawat yang dilantunkan dengan iringan musik Kiai Kanjeng.

Cak Nun mengajak para jamaah untuk menumbuhkan kesadaran ruhiyah. Salah satunya dengan mencoba memahami diri. Karena dengan mengenal dirinya maka juga mengenal Tuhannya. ’’Mari bertawasul serajin-rajinnya. Karena ada yang tak bisa dibangun dengan akal,’’ kata Cak Nun.

Cak Nun berkata, sering kali akal sulit dalam memahami kebenaran sejati. Maka dia pun mengajak untuk terus beribadah dengan kecintaan dan keikhlasan.

Dijelaskan, ada tingkatan dalam pemahaman manusia. Mulai dari taklim atau dari tidak tahu menjadi tahu. Kemudian, dari sekadar tahu menjadi familier. Kemudian naik memahami sesuatu secara lebih luas, memahami lebih mendalam hingga munculnya kecocokan maupun ketidakcocokan.

Sementara yang terakhir adalah ikhlas atau tidaknya dalam menerima sesuatu. ’’Seringkali akal tidak mampu menangkap arti dari ibadah. Tapi, tetap saja lakukan dengan cinta dan ikhlas. Temukan sesuatu yang baik di hidupmu dan lakukan,’’ tambahnya.

Cak Nun sendiri menyebut telah menjadikan puasa sebagai pusat kesadaran utamanya. Dia berupaya menggunakan konsep puasa di segala hal. ’’Puasa itu sederhana. Meski pun bisa makan dua piring tapi cukup makan sepiring itu juga puasa,’’ tambahnya.

Baca Juga  Polres Pastikan Ketersediaan Pangan Di Morotai Stabil

Anis Sholeh Ba’asyin, penggagas Suluk Maleman menambahkan, terus berdialog dengan diri sendiri perlu dilakukan. Dengan harapan, bisa menemukan kesejatian.

Menurutnya, dengan terbiasa mengarahkan diri menjauhi keburukan, maka nantinya secara otomatis selalu diarahkan untuk menjauh dari suatu keburukan. ’’Pribadi dihasilkan dari dialektika ruh, akal, nafsu, dan kalbu. Perlu dibentuk dari pelatihan sejak kecil dan terus menerus,’’ jelasnya.

Anis menambahkan, dalam hadist riwayat Imam Ghozali, antara nafsu, akal, ruh dan kalbu berada di satu kesatuan lingkaran. Apapun yang menang, itulah yang akan memimpin. ’’Jadi kalau nafsu yang menang, maka yang memimpin adalah nafsunya. Tapi jika yang menang adalah ruhnya, maka yang memimpin adalah ruhnya,’’ jelasnya.

Anis menyebut, di dalam Alquran, orang kafir digambarkan seperti insan berjalan di tengah laut gelap. Sementara, di atasnya ada awan berlapis–lapis sehingga memunculkan kegelapan yang hampir mutlak. Sedangkan, orang munafik digambarkan seperti insan berada di gelap malam. Ia hanya berjalan saat ada cahaya petir menunjukkan jalan. ’’Dengan bertawasul atau mendekatkan diri pada Allah diharapkan memunculkan cahaya untuk menerangi dalam laku manusia,’’ ucapnya. (*/fan)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA